PARIS, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Selasa (2/3/2010), mengatakan masih ada ruang untuk melancarkan diplomasi menyelesaikan sengketa lama mengenai program nuklir Iran sebelum Barat melanjutkan upaya bagi sanksi baru.
"Kami akan memusatkan semua perhatian untuk menemukan penyelesaian diplomatik dan politik. Semua upaya ini belum berakhir," kata Lavrov kepada wartawan selama perjalanan ke Paris.
Lavrov mengatakan komentarnya sejalan dengan pernyataan oleh Presiden Rusia Dimitry Medvedec, yang pada Senin mengatakan Moskwa dapat mendukung sanksi baru jika upaya diplomatik gagal. Lavrov menyertai Medvedev dalam kunjungan resmi ke Perancis guna mengadakan pembicaraan yang menyentuh masalah sanksi atas Iran.
Setelah pertemuan dengan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, kemudian Medvedev mengatakan ia masih berharap dapat menghindari tindakan penghukuman baru.
Akan tetapi, ia menambahkan Rusia tak dapat menunggu selamanya bagi kerja sama oleh Teheran, yang dicurigai oleh Barat berusaha membuat senjata nuklir. Namun Iran telah membantah tuduhan itu dan menyatakan kegiatan nuklirnya semata-mata bertujuan damai.
Sarkozy menyampaikan keinginannya mengenai pendapat yang sama antara Perancis dan Rusia mengenai masalah nuklir Iran, sementara Presiden Rusia itu memperlihatkan kebijaksanaannya mengenai masalah tersebut dengan menggarisbawahi bahwa sanksi itu tak boleh ditujukan kepada penduduk sipil.
Rusia dan China telah memperlihatkan keengganan pada masa lalu untuk mengesahkan sanksi yang lebih luar terhadap Iran, yang membantah sedang berusaha membuat senjata nuklir.
Satu rancangan bagi resolusi keempat Dewan Keamanan (DK) PBB diperkirakan diajukan sekitar pekan ini. Sebagian diplomat Barat telah meramalkan rancangan tersebut akan berisi pengetatan "simbolis" sanksi terhadap aset pemerintah Iran.
Amerika Serikat, Senin, mengatakan Iran perlu mulai menjawab pertanyaan yang diajukan dalam laporan PBB, yang menyatakan bahwa Teheran mungkin sedang membuat hulu ledak nuklir, ketimbang mengecam badan itu.
Pada Selasa, kepala badan atom Iran Ali Akbar Salehi menuduh kepala baru pengamat atom PBB berprasangka, dan mengatakan ia berharap pejabat Jepang itu akan mengubah pendekatannya terhadap program atom Teheran.
Artikel Di Kutip Dari : www.news.yahoo.com
"Kami akan memusatkan semua perhatian untuk menemukan penyelesaian diplomatik dan politik. Semua upaya ini belum berakhir," kata Lavrov kepada wartawan selama perjalanan ke Paris.
Lavrov mengatakan komentarnya sejalan dengan pernyataan oleh Presiden Rusia Dimitry Medvedec, yang pada Senin mengatakan Moskwa dapat mendukung sanksi baru jika upaya diplomatik gagal. Lavrov menyertai Medvedev dalam kunjungan resmi ke Perancis guna mengadakan pembicaraan yang menyentuh masalah sanksi atas Iran.
Setelah pertemuan dengan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, kemudian Medvedev mengatakan ia masih berharap dapat menghindari tindakan penghukuman baru.
Akan tetapi, ia menambahkan Rusia tak dapat menunggu selamanya bagi kerja sama oleh Teheran, yang dicurigai oleh Barat berusaha membuat senjata nuklir. Namun Iran telah membantah tuduhan itu dan menyatakan kegiatan nuklirnya semata-mata bertujuan damai.
Sarkozy menyampaikan keinginannya mengenai pendapat yang sama antara Perancis dan Rusia mengenai masalah nuklir Iran, sementara Presiden Rusia itu memperlihatkan kebijaksanaannya mengenai masalah tersebut dengan menggarisbawahi bahwa sanksi itu tak boleh ditujukan kepada penduduk sipil.
Rusia dan China telah memperlihatkan keengganan pada masa lalu untuk mengesahkan sanksi yang lebih luar terhadap Iran, yang membantah sedang berusaha membuat senjata nuklir.
Satu rancangan bagi resolusi keempat Dewan Keamanan (DK) PBB diperkirakan diajukan sekitar pekan ini. Sebagian diplomat Barat telah meramalkan rancangan tersebut akan berisi pengetatan "simbolis" sanksi terhadap aset pemerintah Iran.
Amerika Serikat, Senin, mengatakan Iran perlu mulai menjawab pertanyaan yang diajukan dalam laporan PBB, yang menyatakan bahwa Teheran mungkin sedang membuat hulu ledak nuklir, ketimbang mengecam badan itu.
Pada Selasa, kepala badan atom Iran Ali Akbar Salehi menuduh kepala baru pengamat atom PBB berprasangka, dan mengatakan ia berharap pejabat Jepang itu akan mengubah pendekatannya terhadap program atom Teheran.
Artikel Di Kutip Dari : www.news.yahoo.com