Liputan6.com, Kandahar: Lima ledakan yang terjadi Sabtu malam silam di Kandahar, dengan menewaskan 35 orang diyakini sebagai peringatan kelompok Taliban pada pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Menurut juru bicara kelompok Islam Qari Yousef Ahmadi, serangkaian pengeboman itu membuktikan para pemberontak masih dapat beroperasi meskipun penumpukan pasukan Afghanistan dan internasional di Afghanistan bagian selatan sebagai persiapan untuk mendorong ke Provinsi Kandahar.
Di tempat terpisah melalui situs kelompok Taliban disebutkan pengeboman Sabtu lalu sebagai sebuah serangan peringatan untuk Jenderal Stanley McChrystal. Setelah NATO target, berikutnya adalah pasukan koalisi, yang baru-baru ini mengusir pemberontak di negara tetangga Provinsi Helmand.
"Jenderal McChrystal telah mengatakan bahwa tak lama lagi mereka akan memulai operasi mereka, dan sekarang kita sudah memulai operasi kami," kata Ahmadi. "Dengan semua persiapan yang telah mereka lakukan, tetap saja mereka tidak mampu menghentikan kami."
Seperti dilansir Telegraph, Ahad (14/3), setidaknya ada lima ledakan yang terjadi Sabtu lalu. Empat di antaranya adalah serangan bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 35 orang [baca: Ledakan Besar Tewaskan 27 Orang di Afghanistan].
Tooryalai Wesa, gubernur provinsi, mengatakan ia telah meminta pemerintah pusat di Kabul menyediakan lebih pasukan Afghanistan untuk melindungi kota dari serangan di provinsi ini, yang merupakan tempat kelahiran rohani Taliban. Dia juga mengatakan ingin berkoordinasi dengan pasukan NATO untuk meningkatkan keamanan.
Presiden Hamid Karzai pun tak lupa memberikan komentar. Ia mengutuk serangan yang menghantam penjara kota, kantor polisi, aula pernikahan dan daerah-daerah lain di jalan-jalan menuju penjara.
Pihak kepolisian menyatakan, sasaran utama ledakan lalu adalah penjara. Para penyelidik juga telah menemukan delapan rompi bunuh diri, tiga roket dan amunisi senapan AK-47. Peristiwa ini adalah bentuk upaya nyata untuk mengulang jailbreak 2008 ketika seorang pengebom bunuh diri dari kelompok Taliban meledakkan sebuah lubang di dinding penjara. Aksi ini bertujuan membebaskan sekitar 1.000 tahanan, termasuk 400 pejuang Taliban.
Adapun Kementerian Dalam Negeri Afghanistan menyatakan, korban tewas pada Sabtu silam terdiri dari 13 polisi dan 22 warga sipil, termasuk enam perempuan dan tiga anak-anak. Sebagian besar korban berasal dari kantor polisi dan di sebuah aula saat perayaan pernikahan sedang berlangsung. Sementara, 57 orang lainnya mengalami luka-luka, termasuk 17 polisi, dan 42 rumah mengalami kerusakan parah.(RST/ANS)
Di tempat terpisah melalui situs kelompok Taliban disebutkan pengeboman Sabtu lalu sebagai sebuah serangan peringatan untuk Jenderal Stanley McChrystal. Setelah NATO target, berikutnya adalah pasukan koalisi, yang baru-baru ini mengusir pemberontak di negara tetangga Provinsi Helmand.
"Jenderal McChrystal telah mengatakan bahwa tak lama lagi mereka akan memulai operasi mereka, dan sekarang kita sudah memulai operasi kami," kata Ahmadi. "Dengan semua persiapan yang telah mereka lakukan, tetap saja mereka tidak mampu menghentikan kami."
Seperti dilansir Telegraph, Ahad (14/3), setidaknya ada lima ledakan yang terjadi Sabtu lalu. Empat di antaranya adalah serangan bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 35 orang [baca: Ledakan Besar Tewaskan 27 Orang di Afghanistan].
Tooryalai Wesa, gubernur provinsi, mengatakan ia telah meminta pemerintah pusat di Kabul menyediakan lebih pasukan Afghanistan untuk melindungi kota dari serangan di provinsi ini, yang merupakan tempat kelahiran rohani Taliban. Dia juga mengatakan ingin berkoordinasi dengan pasukan NATO untuk meningkatkan keamanan.
Presiden Hamid Karzai pun tak lupa memberikan komentar. Ia mengutuk serangan yang menghantam penjara kota, kantor polisi, aula pernikahan dan daerah-daerah lain di jalan-jalan menuju penjara.
Pihak kepolisian menyatakan, sasaran utama ledakan lalu adalah penjara. Para penyelidik juga telah menemukan delapan rompi bunuh diri, tiga roket dan amunisi senapan AK-47. Peristiwa ini adalah bentuk upaya nyata untuk mengulang jailbreak 2008 ketika seorang pengebom bunuh diri dari kelompok Taliban meledakkan sebuah lubang di dinding penjara. Aksi ini bertujuan membebaskan sekitar 1.000 tahanan, termasuk 400 pejuang Taliban.
Adapun Kementerian Dalam Negeri Afghanistan menyatakan, korban tewas pada Sabtu silam terdiri dari 13 polisi dan 22 warga sipil, termasuk enam perempuan dan tiga anak-anak. Sebagian besar korban berasal dari kantor polisi dan di sebuah aula saat perayaan pernikahan sedang berlangsung. Sementara, 57 orang lainnya mengalami luka-luka, termasuk 17 polisi, dan 42 rumah mengalami kerusakan parah.(RST/ANS)